Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
Pentingnya Pelaku Ekonomi Kreatif Masuk ke Pasar Modal

Pentingnya Pelaku Ekonomi Kreatif Masuk ke Pasar Modal

0

Perubahan bisnis di industri ekonomi kreatif (ekraf) mengharuskan pelakunya untuk dapat melihat peluang, salah satunya adalah dengan masuk ke pasar saham. Dengan banyaknya investor di Indonesia saat ini akan menjadi peluang yang baik bagi pelaku ekonomi kreatif untuk go public.

“Dengan masuknya pelaku ekonomi kreatif ke pasar modal, mereka akan mendapatkan banyak peluang. Pelaku bisa mendapatkan pendanaan yang berasal dari saham yang diajukan perusahaan kepada publik dan mempermudah akses pendanaan. Selain itu, pelaku pun akan termotivasi agar mengelola usahanya dengan lebih baik dan mendorong agar karyawannya mau bekerja lebih profesional. Dengan go public, pemilik usaha sama seperti  melakukan publikasi gratis. Masuk ke pasar modal juga membangun citra perusahaan,” kata Hanifah Makarim, Direktur Akses Pembiayaan.

Hanifah menjelaskan, sebenarnya Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah membuka peluang untuk memudahkan UKM dan start-up yang ingin go public melalui papan akselerasi. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong pelaku ekraf agar bisa masuk ke pasar modal. Papan akselerasi ini memiliki syarat yang mempermudah UMKM dan start-up, termasuk perusahaan kecil yang sudah beroperasi minimal satu tahun dan tidak harus memiliki laba.  Untuk emiten kecil aset di bawah Rp 50 miliar dan untuk emiten menengah Rp 50-250 miliar. Namun, dibalik kemudahan dan manfaat yang ditawarkan, tentu ada hal yang harus dipersiapkan oleh pelaku ekraf.

“Misalnya bisa dimulai dengan mempersiapkan tim internal IPO, kemudian menunjuk lembaga dan profesi penunjang dan pihak eksternal. Nantinya tim internal IPO akan mempersiapkan dan menyampaikan dokumen serta informasi yang dibutuhkan kepada lembaga dan profesi penunjang pasar modal,” pungkas Hanifah.

Ilustrasi pelaku ekonomi kreatif yang tengah memantau bursa saham melalui gawai. (Foto: Shutterstock/Odua Images)

Lebih lanjut, Hanifah menjelaskan bahwa 17 sektor ekraf merupakan sektor yang dianggap mampu menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Dalam lima tahun terakhir, ekraf memberikan pemasukan yang terus meningkat jika diukur pada kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Menurut data dari Badan Pusat Statistik pada 2017, sumbangan ekraf terhadap perekonomian nasional mencapai 7,24% dan angka pertumbuhannya mencapai 5,06%.

“Kontribusi ini diharapkan bisa terus berkembang. Pada 2019 saja, kontribusi ekraf sudah mencapai US$ 20 miliar. Dari sisi pencapaian lapangan kerja, ekraf juga menghadirkan 18,1 juta peluang kerja di tahun yang sama. Dengan keadaan yang menjanjikan tersebut, saya rasa ekraf dapat menjadi sektor alternatif untuk berinvestasi bagi para investor,” ungkap Hanifah.

Di sisi lain, saat ini memang masih banyak pelaku industri ekraf yang mengandalkan pinjaman keluarga dan bank untuk memulai usahanya. Padahal, pasar modal memberikan peluang yang amat luas, baik dari segi pendanaan hingga kesempatan untuk memperluas usahanya. Menyikapi hal tersebut, Hanifah mengakui memang masih ada pelaku ekraf yang mengandalkan mekanisme modal sendiri, jumlahnya sekitar 92%. Hanya 24,44% yang sudah berhasil mendapatkan pinjaman dari perbankan dan 0,66% dari pinjaman modal ventura.

“Saya berharap agar pelaku ekraf bisa menerima lebih banyak informasi tentang pembiayaan di pasar modal agar tahu apa saja alternatif pembiayaan di sana guna meningkatkan skala usaha mereka. Ekraf diharapkan berkontribusi sebesar Rp 1.274 triliun atau sekitar 6,98% dari keseluruhan PDB nasional pada 2020.  Hal ini menunjukkan bahwa ekraf dapat menjadi salah satu sektor yang menarik  bagi para investor pasar modal,” kata Hanifah.

Foto Cover: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia membuka peluang bagi pelaku ekraf. (Shutterstock/Triawanda Tirta Aditya)

Kemenparekraf / Baparekraf
Kemenparekraf/Baparekraf RISenin, 14 Februari 2022
2807
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif