Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
Membangun Ekosistem Desa Wisata Bersama Komunitas

Membangun Ekosistem Desa Wisata Bersama Komunitas

4

Pariwisata alternatif tengah menjadi tren di kalangan wisatawan. Pariwisata ini mengusung konsep interaksi antara alam, budaya, dan masyarakat lokal. Salah satu jenis pariwisata alternatif yang banyak digandrungi adalah desa wisata.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, desa wisata atau rural tourism tengah menjadi tren pariwisata di dunia saat ini. Desa wisata memberikan pengunjung pengalaman liburan yang lebih unik dan baru.

Pengelolaan desa wisata di Indonesia merupakan bagian dari program pengembangan pariwisata berkelanjutan. Program ini sesuai dengan RPJMN 2020-2024, dalam rangka percepatan kebangkitan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Melihat urgensi tersebut, pemerintah melalui Kemenparekraf/Baparekraf terjun langsung untuk mengelola Desa Wisata. Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan pada 2024 akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri.

Guna memperkuat pengembangan desa wisata, Kemenparekraf/Baparekraf juga melakukan kolaborasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Kemendes PDTT bertindak untuk mendorong infrastruktur dari sebuah desa wisata. Sementara, Kemenparekraf/Baparekraf berperan untuk mengembangkan sumber daya manusia, serta sarana prasarana terkait pariwisata dan ekonomi kreatif di desa wisata tersebut.

Masuknya desa wisata sebagai salah satu prioritas pengembangan Kemenparekraf/Baparekraf bukan tanpa alasan. Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, desa wisata di Indonesia punya potensi besar untuk menyumbang pendapatan negara.

Menparekraf Sandiaga Uno juga menyebutkan, 15% dari total kapasitas amenitas Eropa berada di desa wisata yang berkelanjutan. Begitu juga dengan serapan tenaga kerja, desa wisata memiliki kontribusi yang besar untuk mengatasi masalah pengangguran.

Di Inggris, 12% lapangan kerja disumbang dari desa wisata. Jika jumlah yang besar ini mampu diadaptasi di Indonesia, maka desa wisata dapat menjadi solusi bagi permasalahan tenaga kerja di tanah air.

Indonesia yang memiliki 74 ribu desa merupakan potensi yang besar untuk mengembangkan desa wisata sebagai sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Belum lagi adanya kearifan lokal di setiap desa wisata. Pastinya akan menambah nilai bagi wisatawan yang ingin berkunjung.

Atraksi wisata yang dipertunjukan di Desa Wisata Sade, Lombok. (Foto: Shutterstock/Farizun Amrod Saad)

Kontribusi Komunitas dalam Pembangunan Desa Wisata

Dalam rangka mempercepat perkembangan desa wisata, pemerintah juga melakukan strategi promosi digital. Pada 30 Januari-28 Februari lalu, Kemenparekraf/Baparekraf mengadakan tur virtual ke desa wisata.

Tur virtual ini berhasil terlaksana berkat adanya kolaborasi dengan industri kreatif lain, yakni Traval.co dan Caventer. Tur bertajuk “Surga yang Tersembunyi” tersebut menampilkan 10 pesona desa wisata di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau.

Selain itu, dalam pembangunan desa wisata, masyarakat tidak dijadikan sebagai objek pengembangan, namun subjek. Sejauh ini, Kemenparekraf/Baparekraf mengusung konsep kolaborasi pentahelix dalam membangun ekosistem desa wisata bersama komunitas.

Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, pengembangan desa wisata di Indonesia berbasis komunitas, atau community based tourism mampu menjadi jawaban atas tantangan wisata berkelanjutan. Kolaborasi juga merupakan inti utama sebuah desa wisata dapat berkembang menjadi desa wisata mandiri.

Progres yang signifikan dalam mengembangkan desa wisata tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai komunitas di dalamnya. Beberapa komunitas yang sangat aktif di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia antara lain: GenPI, GenWI, Pokdarwis, dan komunitas kreatif terkait lainnya.

GenPI (Generasi Pesona Indonesia) adalah sebuah komunitas yang memiliki ketertarikan pada bidang pariwisata. Komunitas nirlaba ini memiliki anggota dari berbagai kalangan yang hampir tersebar di seluruh Indonesia.

Umumnya para anggota GenPI adalah anak muda kreatif dan punya ketertarikan untuk berselancar di media sosial. Dalam pengembangan desa wisata di Indonesia, GenPI tidak sekadar aktif melakukan kunjungan, GenPI turut mempromosikan desa wisata melalui media sosial.

Dalam sebuah artikel dengan tajuk “Bermalam di Desa Wisata Sauwandarek” misalnya, artikel yang dimuat pada situs GenPI ini berisi tentang ulasan salah satu anggota selama berkunjung ke desa wisata. Tidak sekadar mengulas, GenPI juga mengajak pembaca untuk melakukan kunjungan ke desa wisata.

Banyaknya anggota GenPI merupakan potensi yang besar dalam langkah promosi pariwisata. Hingga saat ini, tercatat anggota GenPI lebih dari 18 ribu orang. Angka yang sangat fantastis ini diharapkan dapat menyumbang lebih banyak wisatawan ke desa wisata.

Selain GenPI, komunitas sejawat yang juga berkontribusi dalam pengembangan desa wisata adalah GenWI (Generasi Wonderful Indonesia), yang merupakan komunitas putra-putri bangsa yang berdiaspora di mancanegara.

Anggota GenWI tetap aktif di media sosial untuk mempromosikan Pesona Indonesia ke ranah Internasional. Selain GenPI dan GenWI, komunitas Pokdarwis juga menjadi jantung dari pengembangan desa wisata di Indonesia.

Berbagai komunitas di atas punya peranan yang sangat signifikan untuk mengembangkan desa wisata. Komunitas-komunitas tersebut dapat menjadi jembatan antara wisatawan dengan pengelola desa wisata.

Harapannya kerja sama antar berbagai pihak atau community based tourism ini dapat terus berlangsung, sehingga target desa wisata mandiri di Indonesia diharapkan tercapai pada 2024 mendatang.

Foto Cover: Eksotika Desa Wisata Kete Kesu, Tana Toraja. (Shutterstock/Januar.Rahim)

Kemenparekraf / Baparekraf
Kemenparekraf/Baparekraf RISelasa, 27 April 2021
14562
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif