Ingin tahu soal 5 Destinasi Super Prioritas,klik di sini ya!
Pemberdayaan Difabel di Industri Parekraf

Pemberdayaan Difabel di Industri Parekraf

3

Ekonomi kreatif termasuk dalam salah satu sektor kesohor ramah difabel. Kemunculan industri ramah difabel pada sektor parekraf memberikan ÔÇÿnyalaÔÇÖ baru, tidak hanya bagi penyandang disabilitas, namun juga peningkatan ekonomi kreatif di Indonesia. Hingga saat ini penyandang difabel kerap dipandang sebelah mata karena kekurangan yang dimilikinya. Sehingga tidak banyak kesempatan kerja yang dibuka untuk karyawan disabilitas. Namun, di antara potret ketidaksetaraan tersebut, para pelaku ekonomi kreatif justru mampu melawan arus. Mereka menciptakan industri ramah difabel yang memberikan kesempatan serta ruang kontribusi yang besar. Di antara berbagai industri ramah difabel, berikut ini 4 industri kreatif yang berkontribusi dalam pemberdayaan kaum difabel di industri parekraf: Rumah Kerajinan Precious One Precious One merupakan industri kreatif kriya yang memproduksi kerajinan tangan berkualitas sejak 2004. Industri ini didirikan di Jakarta, dan berhasil menciptakan lapangan kerja yang inklusif bagi kaum difabel. Industri ramah difabel ini memiliki tagline yang akrab didengar, yakni ÔÇ£Bangga pakai karya disabilitasÔÇØ. Melalui tagline tersebut, Precious One ingin menyampaikan jika kaum difabel tetap dapat menciptakan barang berkualitas dengan segala keterbatasannya. Berbagai produk yang dihasilkan oleh kelompok difabel di Precious One antara lain; masker, kotak tisu, boneka, sarung bantal, dan benda-benda kriya lainnya. Wistara Batik Aryo Setiawan telah membuka industri ramah difabel bernama Wistara Batik sejak 2010. Di industri kreatif subsektor fashion ini, penyandang disabilitas terlibat penuh dalam proses produksi pakaian Batik. Mulai dari membuat pola, memotong, menjahit, mengemas, hingga produk siap dipasarkan. Di Wistara Batik setiap pekerja difabel sehari-harinya setidaknya mampu menghasilkan 5 potong baju. Tak hanya diminati oleh konsumen dalam negeri, pakaian Batik karya difabel juga diekspor ke mancanegara. Prestasi mancanegara dari Wistara Batik ini membuktikan jika karya penyandang difabel pada sektor ekonomi kreatif juga dapat diterima baik oleh masyarakat. Kegigihan teman difabel dalam berkarya di industri parekraf. (Foto: Shutterstock/Idris Prasetiawan) Pengrajin Anyaman Bambu Kabupaten Kediri Seorang pengrajin anyaman bambu asal Kediri, Gunawan, menciptakan industri kreatif yang ramah difabel di desanya. Industri yang merangkul kaum disabilitas ini bergerak dalam subsektor kriya, dengan menciptakan berbagai benda anyaman. Para penyandang difabel yang diberdayakan dalam industri kreatif tersebut membuat berbagai bentuk anyaman. Mulai dari wadah tisu, stoples, wadah lampu, bakul nasi, dan berbagai perabotan rumah tangga lainnya. Hasil karya kaum disabilitas di industri kreatif di desa pengrajin Kabupaten Kediri ini diminati berbagai kalangan. Bahkan pengrajin anyaman difabel ini sehari-harinya selalu dibanjiri pesanan, baik dari perorangan maupun hotel. Sunyi House of Coffee and Hope Kafe yang terletak di Cilandak, Jakarta selatan ini merupakan salah satu industri ramah difabel yang cukup tersohor di Indonesia. Di Sunyi House of Coffee and Hope seluruh makanan dan minuman diracik oleh para penyandang difabel berbakat. Dikutip dari Kompas.com, seluruh karyawan; mulai dari barista, koki, pelayan, hingga kasir Sunyi House, merupakan penyandang disabilitas. Bukan hanya dari segi pekerja, desain interior dari kafe ini juga ramah difabel, mulai dari penggunaan huruf braille, hingga meja bundar dalam kafe. Saat memesan makanan atau minuman, Anda juga harus menggunakan bahasa isyarat, karena kasir di sini adalah penyandang tuli. Keberadaan kafe ramah difabel ini membuktikan jika kaum disabilitas juga mampu berkarya dalam industri kuliner. Foto Cover: Ilustrasi percakapan teman difabel di sektor ekonomi kreatif. (Shutterstock/AP Focus)

Kemenparekraf / Baparekraf
Kemenparekraf/Baparekraf RISenin, 15 Maret 2021
4552
© 2024 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif